Rumpi Cangkir Kopi # 4

by - 8:10 PM

Mereka berpisah dengan Dira seusai rapat, karena dia memiliki janji temu dengan dokter kandungan untuk pemeriksaan rutin di trimester awal. Andrew kemudian mengajak Ellie ke sebuah kafe franchise dalam negeri yang baru-baru ini melakukan terobosan untuk buka lebih pagi dan juga menyiapkan menu sarapan. Andrew merasa bahwa dengan berkunjung ke tempat usaha yang serupa bisa memancing bahan pertimbangan untuk perkembangan usaha mereka ke depan.

Kafe itu berada di kawasan sentra bisnis kota. Tempat dimana banyak terdapat kantor perusahaan, perbankan, BUMN, hingga instansi pemerintah. Sebenarnya kafe ini bukan satu-satunya kafe yang berada di kawasan itu. Ada dua kafe lain yang terpencar di sana, tapi hanya kafe ini yang menyandang nama besar.

“Kedai kopi kita sebenarnya punya tempat yang jauh lebih strategis. Kita cuma satu-satunya di sana, enggak punya saingan,” kata Andrew setelah hirupan pertama kopi cold brew-nya.      

Ellie tak menanggapi komentar Andrew. Dia sibuk memperhatikan papan menu yang terpajang di dinding. Kafe itu hanya menawarkan menu-menu standar seperti varian minuman kopi pada umumnya. Ada Espresso, Cappucino, Americano, beberapa minuman Latte dan es. Perbedaan yang mencolok antara kafe ini dan kedai kopi yang dikelola Ellie adalah cara penyajiannya. Ellie sadar ia bukanlah seorang barista terlatih, demi efisiensi dia memilih untuk membeli berbagai macam jenis kopi yang sudah di-blend dari pemasok yang langganan menyuplai kopi ke hotel berbintang. Kopi-kopi tersebut kemudian dia variasikan berdasarkan hasil eksperimennya. Hal lain yang juga membedakan adalah wadah tempat menyajikan kopi. Ellie menyajikan kopi-kopi pesanan pelanggan sesuai dengan gelas yang diminta oleh mereka. Akibatnya Ellie butuh satu lemari besar untuk menjadi tempat display koleksi cangkirnya. Andrew dan Dira awalnya menentang konsep ini, tapi Ellie bersikukuh bahwa dia ingin memberi pengalaman berbeda bagi para pelanggannya. 

“Dru, mau coba ganti konsep, enggak?” Ellie mengalihkan pandangannya dari papan menu kepada Andrew yang duduk di hadapannya.  

“Ganti konsep gimana maksudnya?” 

“Kita coba buka pagi kayak kafe ini, dan gue mungkin bakal nawarin jasa katering kopi ke kantor-kantor di sana.”

What? Lu mau masuk kerja pagi-pagi? Kalo lu nawarin katering kopi berarti lu harus siap sebelum orang-orang masuk kantor.”

“Enggak ada salahnya kita coba, kan?”

“Tapi lu beneran yakin? Kalo  lu memutuskan untuk buka pagi, berarti lu harus nambah karyawan juga, karena lu jadi nambah shift kerja. Enggak mungkin dengan jumlah karyawan sekarang lu suruh mereka kerja dari pagi sampai malam.”

“Gue yakin, kok. Yakin seratus persen. Gue bakal coba ide ini sebagai pengenalan langsung kedai kita ke semua penghuni gedung sana. Biar mereka tahu secara langsung apa yang kita jual.” 

“Asal lu enggak ngajak gue buat keliling gedung bagi-bagi brosur.” Andrew kemudian langsung menghabiskan sisa kopinya dalam sekali tenggak. Akhirnya dia berhadapan kembali dengan ambisi Ellie yang berapi-api, yang sempat padam ketika di ruang rapat bersama Robert tadi pagi.

#30DWC #30DWCJilid19 #Day4

You May Also Like

0 komentar

Terima kasih untuk setiap komentar yang dimasukkan.

info